Avatar 2: Mengangkat Isu Krisis Lingkungan dalam Bingkai Sinematik

Sejak Avatar 1 yang rilis tahun 2009 lalu, kelanjutan perjalanan Jake Sully (Sam Worthington) bersama bangsa Na’vi terus dinantikan. Maka, film Avatar 2 atau Avatar: The Way of Water adalah definisi dari penantian yang tidak sia-sia. Bahkan, Avatar 2 telah menuai banyak pujian dari para kritikus film. Pujian yang amat layak dilayangkan pada dedikasi penuh James Cameron selama mengembangkan semesta Pandora. “Pada akhirnya, keyakinan tulus Cameron terhadap dunia fantastis yang dia ciptakan inilah yang membuatnya berkesan,” ujar David Rooney dalam ulasan di The Hollywood Reporter.

Alur Cerita dan Sajian di “Avatar: The Way of Water”

Jika di Avatar 1 penonton disunguhkan dengan pemandangan dalam hutan yang begitu menakjubkan, maka di Avatar 2 penonton lagi-lagi dimanjakan dengan keindahan bawah laut yang begitu mempesona. Menurut Brian Lowry dari CNN, sajian seni dan kecanggihan efek visual dalam Avatar 2 sukses ‘menuntut’ penikmat film agar menonton langsung di bioskop. Dari segi alur cerita masih tidak jauh berbeda, tentang perjuangan bangsa Na’vi mempertahankan Pandora dari bangsa Manusia. Hanya saja, terdapat intrik lain yang membuat Avatar 2 semakin kaya alur penceritaan.

Bagi saya, selain menonton ulang Avatar 1 agar lebih terasa sensasinya. Juga jangan kaget saat menonton Avatar 2 dibuat menangis karena melihat keindahan alam yang luar biasa. Begitu dahsyat sekaligus menenangkan. Namun, kehadiran bangsa Manusia yang ingin merebut paksa Pandora dengan cara memusnahkan seluruh makhluk hidup di dalamnya, sungguhlah biadab. Manusia-manusia bergelar ilmuan tapi serakah. Serta manusia-manusa bergelar tentara tetapi nir-empati.

Krisis Lingkungan di Pandora dan Bumi

Lantas, serta merta mengingatkan saya pada konflik lahan dan kerusakan lingkungan akibat ulah manusia di Bumi. Sebutlah konflik lahan pada masyarakat adat Kinipan yang menolak adanya investasi perkebunan sawit sejak 2012 lalu. Kemudian memanas sejak SML land clearing menebang banyak pohon ulin dan membabatan hutan pada awal 2018. Bahkan hingga kini masyarakat adat Kinipan masih berjuang mempertahankan hutan adat.

Tidak hanya di Kinipan, terjadi juga konflik lahan di Desa Wadas yang menolak lahan desa mereka dialihfungsikan jadi lokasi pertambangan batu andesit. Pasalnya, pemerintah daerah mengatakan bahwa batu andesit yang ditambang dari Desa Wadas rencananya akan digunakan untuk membangun Proyek Strategis Nasional (PSN) Bendungan Bener yang berlokasi di Kabupaten Purworejo. Namun, warga khawatir penambangan tersebut akan merusak alam Desa Wadas, meningkatkan risiko bencana longsor, serta mengganggu mata pencaharian warga yang mayoritasnya adalah petani.

Dua contoh yang saya sebutkan di atas hanyalah segelintir dari konflik lahan yang merusak alam di Indonesia. Belum lagi kalau bicara penebangan liar dan perusakan terumbu karang. Greenpeace mencatat kerusakan hutan di Indonesia mencapai 3.800.000 ha per tahun yang sebagian besar adalah penebangan liar atau illegal logging. Sedangkan menurut data dari Kementrian Lingkungan Hidup, diperkirakan kerusakan terumbu karang mencapai 94,8 persen. Di mana hanya tersisa 5,2 persen terumbu karang masih dalam kondisi baik.

Avatar 2 secara tidak langsung berusaha mengungkapkan kekejaman perusakan lingkungan. Alam yang semulanya begitu indah memanjakan mata dan mambawa rasa damai, namun dalam sekejap berubah akibat nafsu manusia. Pantas jika klan Metkayina dari bangsa Na’vi menyebut manusia yang datang ke Pandora dengan sebutan iblis.

Film yang Sayang untuk Dilewatkan

Terlepas dari isu krisis lingkungan yang saya jabarkan di atas, film Avatar: The Way of Water sangat layak ditonton di bioskop. Durasi film yang tiga jam lebih tidak akan terasa bosan. Selain sajian alam Pandora, Avatar 2 buat saja adalah film paket lengkap, di mana ada science fiction, action, drama, dan sedikit jump scare.

Kabar dari James Cameron selaku sutradara sekaligus penulis scenario bilang kalau Avatar 3 akan rilis tahun 2024. Dilanjutkan dengan Avatar 4 pada 2026, lalu ditutup dengan Avatar 5 di 2028. Perjalanan Jake Sully dan keluarganya tampak masih panjang. Semoga kita sebagai penonton panjang umur, sehat, dan banyak duit agar bisa nonton Avatar di bioskop lagi, hahahaa.

Baca juga: Film Qodrat: Horor Aksi Berbalut Muhasabah Diri

Alfina Rahmatia
Lagi lanjut studi S3 di Turki bareng suami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *