Kesepian dan Krisis Harga Diri di Kalangan Mahasiswa Rantau

“Jauh dari rumah, jauh dari orang tua dan jauh dari zona nyaman”. Itulah kalimat-kalimat yang sudah menjadi makanan sehari-hari mahasiswa rantau. Saat ini pelajar sudah tidak asing dengan studi di luar kota kota, bahkan di negara yang berbeda dengan keluarga dan temannya sering kali merasa kesepian saat tidak ada seseorang yang menemani atau sederhananya tidak ada teman untuk diajak sekedar mendengarkan cerita. Berbeda saat mereka tidak merantau, ketika di rumah selalu ada orang tua, saudara, dan teman yang mengisi ruang sepi di setiap harinya.

Lemlitbang PCIM Turki berkolaborasi dengan IMM Psikologi UMM tepat pada hari Ahad 04 Mei 2025 dalam program unggulan DjiwaMu vol. 6 dan Diskusi Publik mengangkat topik yang sangat relevan dengan realitas mahasiswa perantauan, tentang rasa kesepian dan krisis harga diri di kalangan mahasiswa rantau. Tema yang begitu menarik kalangan mahasiswa dari dulu hingga saat ini. Tema ini tidak jauh dari kehidupan mahasiswa, bahkan saat ini tema mental health menjadi perbincangan umum di dunia maya dan terlebih di dunia nyata.

Ketika belajar jauh dari rumah, tidak sedikit dari waktu mahasiswa rantau hanya diisi dengan kesepian yang meraja lela dari bangan tidur hingga tidur kembali, bahkan juga ketika di keramaian di antara mereka masih ada yang merasa kesepian, dan hal ini berdampak terhadap krisis mental yang terjadi pada mahasiswa rantau. Kesepian menyebabkan harga diri seseorang jatuh karena mereka mengorbankan kesepian dengan hal-hal yang tidak bermanfaat untuk masa depannya kelak.

Apakah karena kesepian seorang mahasiswa harus mengorbankan waktu-waktu luangnya dengan hal-hal yang perlahan-lahan akan memperburuk psikologisnya? Apakah kesepian sebegitu berpengaruhnya? Maka dari pertanyaan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa suksesnya kehidupan seorang insan dapat dilihat dari pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya ketika berada dalam kesepian yang mendalam. Apakah dia menghabiskan waktunya untuk melakukan hal-hal buruk? Atau mengalihkannya dengan cara menyibukkan diri untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat, seperti mengembangkan skill atau bersosial.

Ketika mahasiswa melakukan aktivitas belajar, bersosial, berorganisasi, atau aktivitas lainnya dan kemudian pada saat jeda, orang-orang dilingkungannya mengatakan dia sedang kesepian padahal “kita harus bisa membedakan kesepian dan mengambil jeda untuk diri sendiri” mengutip dari pemateri inspiratif Anandam Hayundaka, S.IP., M.Si., M.A, seorang lulusan psikologi UMM dan HI di Istanbul Medeniyet University .

Sebagai mahasiswa yang baik, harus mengetahui lebih tentang pemanfaatan waktu ketika sedang kesepian, karena kesepian adalah salah satu hal yang menjadikan krisis harga diri, dan harga diri mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Pun dari kesepian akan berpengaruh terhadap kehidupan seseorang.

Dalam kehidupan ini, seperti dalam menuntut ilmu tidak sedikit masalah-masalah yang “melanda” diri. Semakin tinggi sebuah pohon, maka semakin kuat angin yang menerpanya. Pepatah ini sangat cocok untuk para mahasiswa atau pelajar saat ini, karena semakin tinggi cita-cita maka semakin banyak cobaan yang datang silih berganti, salah satunya kesepian yang menggerogoti harga diri.

Setiap pada nadi insan, perlu kita sadari bahwa Allah SWT tidak akan membebani hambanya sesuai dengan kemampuan hamba itu sendiri yakni dalam potongan ayat 286 surat Al-Baqarah. Hal ini perlu kita percayai seratus persen. Juga ada kalimat sakti lainnya yang menyebutkan bahwa Allah tidak akan meletakkan suatu beban pada pundak yang salah.

Akhir kata, jadilah insan yang kokoh iman dan imunnya. Bak akar pohon kuat yang semakin kuat akarnya semakin bisa menahan angin yang menerpa. Sukur dan sabar adalah dua investasi untuk insan-insan pada umumnya dan mahasiswa rantauan pada khususnya dalam mengarungi luasnya bahtera samudra kehidupan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *